Minggu, 23 Juli 2017

Di Bawah Hujan




8 Agustus 2016


Bel sekolah yang lama pun berbunyi pertanda pulang sekolah. Bukannya pulang ke rumah, malah ke warnet untuk mengerjakan tugas sekolah bersama temannya.  Kira-kira pukul 16.25 WIB. Dia pun bergegas pulang ke rumah.  Akan tetapi langit sudah gelap dan dia selalu menanyakan pada dirinya sendiri pulangnya bagaimana.


Perkenalkan namanya adalah Tina Septiani. Anak sekolahan yang penuh dengan pas-pasan. Tina sekolah di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Jarak dari rumah ke sekolahannya sangat jauh. Jadi tidak heran kalau Tina sering terlambat masuk sekolah dan terlambat pulang ke rumah. Maklumlah karena Tina selalu naik kendaraan umum (angkot).


Tangan Tina selalu terasa dingin dan bergetar mengingat-ingat untuk pulang ke rumah. Untunglah masih ada angkot yang berjajar menunggu penumpang datang. Setelah lama menunggu tiba-tiba apa yang Tina takutkan terjadi juga. Suara petir menyambar ketelinga.  Lalu hujan deras diikuti dengan hempasan angin yang menembus kulit. Ketakutan Tina pun menjadi-jadi. Tina takut untuk pulang sendirian. Tak lama kemudian penumpang sudah penuh dan angkot pun menuju ke tempat tujuan. 


Setelah tiba di Desa P tepatnya dekat dengan mesjid. Lalu Tina pun turun dan menunggu tukang ojeg. Tetapi cuaca di Desa Putat lebih buruk ketimbang tadi di pangkalan angkot. Tina pun lantas berteduh sambil menunggu tukang ojeg lewat. Setelah menunggu beberapa lama kemudian tukang ojeg lewat dan mau mengantarkan pulang. Tak lama di perjalanan tiba-tiba tukang ojeg berhenti dan menurunkan Tina  di pinggir sawah. Lantaran banjir setengah lutut. Tina pun disuruh untuk pulang sendirian.


Tina sangat merasa ketakutan dipinggir sawah sendirian. Tina sangat sedih karena tidak ada seorang pun yang lewat mau mengajak Tina untuk menumpang kendaraannya. Sehingga Tina meneteskan air matanya sendiri. Ia merasa tidak ada orang yang baik di dunia ini.


 Tiba-tiba ada seseorang yang muncul di belakang Tina sambil mendorong motornya karena mogok. Ternyata itu adalah kakak kelas Tina.Sambil melontarkan senyum yang manis ia mengajak Tina untuk pulang  bersamanya.
“Mau ikut tidak dari pada jalan kaki sendirian hujan lagi?”. Sambil mendorong motor.
“Boleh”. Sambil menghapus air matanya.
“Tapi sebentar dulu ya motornya mau dibenarkan”.
“Ya”.Menganggukkan kepala.


Tak apalah Tina menunggu motornya dibenarkan terlebih dahulu. Karena ia tak mengerti mesin Ia pun menanyakan bagaimana membenarkan motor yang mogok. Sama seperti ia Tina tidak mengerti tentang mesin. Sambil memandanginya Tina berpikir bahwa masih ada orang yang masih peduli kepada orang lain meskipun ia sedang kesusahan.


Tak beberapa lama kemudian motor nyala kembali. Ia dan Tina melanjutkan perjalanan mereka untuk pulang kerumahnya. Sungguh tak menduga ternyata di tempat lain juga banjir. Lalu kita mendorong motor secara bersamaan. Tak terlalu parah dari yang tadi jadi motornya tidak mogok. Lantas kita melanjutkan perjalanan dan mengucapkan BASMALLAH secara serentak.


Setibanya di rumah Tina terkejut karena rumah Ibunya kebanjiran juga. Karena terlalu fokus melihat rumahnya, Tina tidak sadar bahwa Ia sudah ditolong oleh kakak kelasnya dan tidak berterima kasih padanya.


Hari demi hari Tina selalu kepikiran karena belum berterima kasih kepada kakak kelasnya yang telah mengantarkannya. Hingga akhirnya Tina belum mengucapkan terima kasih nya itu sampai Dia LULUS dan Tina selalu mengingat momen yang indah serta lucu bersamanya.