Senin, 19 Juni 2017

Balaslah Dengan Senyuman

BALASLAH DENGAN SENYUMAN

Cerita ini dimulai ketika ada seorang anak yang bernama Rhitika khaur hidup dengan keadaan yang tidak semestinya. Ia anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua orang tuanya bekerja keras untuk menghidupi anak-anaknya. Ayahnya seorang pedagang dan Ibunya seorang petani. Ketika Rhitika berusia lima tahun keluarga mereka mengalami kekurangan. Sampai pada akhirnya kakak pertama yang bernama Shiyami harus putus sekolah demi membantu ekonomi keluarganya. Shiyami bekerja sebagai pembantu di sebuah kota. Hari demi hari telah mereka lewati. 


Suatu ketika Rhitika sekolah untuk pertama kalinya, akan tetapi ada seorang teman yang bernama Zainet yang tidak suka kepada Rhitika. Zainet suka mencemooh, menghina dan menyiksa Rhitika di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Rhitika tidak tahan dengan semua itu tetapi Rhitika selalu diam dan bersabar. 


Hingga kesabarannya memuncak ketika Zainet menghina pada Rhitika bahwa kakaknya adalah seorang Babu yang tidak berguna. Air mata Rhitika mengalir deras dari matanya. Ingin rasanya Rhitika memukul Zainet tapi apalah daya hanya bisa menahan diri dan berlari kerumahnya. Melihat adiknya menangis Hany memeluk Rhitika dan menanyakan kenapa Rhitika menangis. Ketika ditanya tangisan Rhitika menjadi-jadi, lalu Hany menenangkannya dan bertanya kembali. Rhitika pun menceritakan semua perkataan Zainet kepada kakaknya. Rhitika memohon kepada kakaknya supaya tidak menceritakan kepada siapa-siapa. Akan tetapi kakaknya malah menceritakan semua itu kepada Ibunya Dille. Ibu Dille lalu mendatangi Zainet dan menceramahinya. Tidak terima Zainet di ceramahi, Zainet marah-marah pada Rhitika. Lagi-lagi Rhitika hanya diam.


Dipagi hari Ibu Dille membuka karung yang berisi beras, namun karung itu kosong. Kemudian Ibu Dille manyuruh Rhitika untuk meminjam uang kepada tetanggnya. Sesampainya disana Rhitika disambut dengan wajah musam. Sambil bergetar Rhitika mulai bicara pada tetangga tersebut. Tetangganya malah mengusir Rhitika dengan perkataan yang kasar lantas Rhitika langsung pergi sambil menahan air matanya.


Disepanjang jalan Rhitika melihat Zainet yang jatuh dari sepeda yang ditumpanginya. Dengan baik hati Rhitika menolongnya, meskipun Zainet tidak suka padanya. Didalam hati Zainet ia bertanya mengapa Rhitika ingin menolong musuhnya ini? tanyanya didalam hati. Zainet tersadar bahwa musuh bisa saja jadi teman yang baik meskipun Ia selalu menabur garam di atas luka begitu pula sebaliknya.
Akhirnya Zainet meminta maaf kepada Rhitika dan kemudian mereka menjadi sahabat sejati yang saling membantu. 

*Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Balaslah dengan nasihat dan senyuman.^-^