BALASLAH DENGAN SENYUMAN
Cerita ini dimulai
ketika ada seorang anak yang bernama Rhitika khaur hidup dengan keadaan yang
tidak semestinya. Ia anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua orang tuanya
bekerja keras untuk menghidupi anak-anaknya. Ayahnya seorang pedagang dan
Ibunya seorang petani. Ketika Rhitika berusia lima tahun keluarga mereka
mengalami kekurangan. Sampai pada akhirnya kakak pertama yang bernama Shiyami
harus putus sekolah demi membantu ekonomi keluarganya. Shiyami bekerja sebagai
pembantu di sebuah kota. Hari demi hari telah mereka lewati.
Suatu ketika Rhitika
sekolah untuk pertama kalinya, akan tetapi ada seorang teman yang bernama
Zainet yang tidak suka kepada Rhitika. Zainet suka mencemooh, menghina dan
menyiksa Rhitika di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Rhitika tidak
tahan dengan semua itu tetapi Rhitika selalu diam dan bersabar.
Hingga kesabarannya
memuncak ketika Zainet menghina pada Rhitika bahwa kakaknya adalah seorang Babu
yang tidak berguna. Air mata Rhitika mengalir deras dari matanya. Ingin rasanya
Rhitika memukul Zainet tapi apalah daya hanya bisa menahan diri dan berlari
kerumahnya. Melihat adiknya menangis Hany memeluk Rhitika dan menanyakan kenapa
Rhitika menangis. Ketika ditanya tangisan Rhitika menjadi-jadi, lalu Hany
menenangkannya dan bertanya kembali. Rhitika pun menceritakan semua perkataan
Zainet kepada kakaknya. Rhitika memohon kepada kakaknya supaya tidak
menceritakan kepada siapa-siapa. Akan tetapi kakaknya malah menceritakan semua
itu kepada Ibunya Dille. Ibu Dille lalu mendatangi Zainet dan menceramahinya. Tidak
terima Zainet di ceramahi, Zainet marah-marah pada Rhitika. Lagi-lagi Rhitika
hanya diam.
Dipagi hari Ibu Dille
membuka karung yang berisi beras, namun karung itu kosong. Kemudian Ibu Dille
manyuruh Rhitika untuk meminjam uang kepada tetanggnya. Sesampainya disana
Rhitika disambut dengan wajah musam. Sambil bergetar Rhitika mulai bicara pada
tetangga tersebut. Tetangganya malah mengusir Rhitika dengan perkataan yang
kasar lantas Rhitika langsung pergi sambil menahan air matanya.
Disepanjang jalan Rhitika melihat Zainet yang jatuh dari sepeda yang ditumpanginya. Dengan baik hati Rhitika menolongnya, meskipun Zainet tidak suka padanya. Didalam hati Zainet ia bertanya mengapa Rhitika ingin menolong musuhnya ini? tanyanya didalam hati. Zainet tersadar bahwa musuh bisa saja jadi teman yang baik meskipun Ia selalu menabur garam di atas luka begitu pula sebaliknya.
Akhirnya Zainet meminta maaf kepada Rhitika dan kemudian mereka menjadi sahabat sejati yang saling membantu.
*Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Balaslah dengan nasihat dan senyuman.^-^