8 Agustus 2016
Bel
sekolah yang lama pun berbunyi pertanda pulang sekolah. Bukannya pulang ke rumah, malah ke warnet untuk mengerjakan
tugas sekolah bersama temannya. Kira-kira
pukul 16.25 WIB. Dia pun bergegas pulang
ke rumah. Akan tetapi langit sudah gelap
dan dia selalu menanyakan pada dirinya sendiri pulangnya bagaimana.
Perkenalkan
namanya adalah Tina Septiani. Anak sekolahan yang penuh dengan pas-pasan. Tina sekolah
di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Jarak dari rumah ke sekolahannya sangat
jauh. Jadi tidak heran kalau Tina sering terlambat masuk sekolah dan terlambat
pulang ke rumah. Maklumlah karena Tina
selalu naik kendaraan umum (angkot).
Tangan
Tina selalu terasa dingin dan bergetar mengingat-ingat untuk pulang ke rumah.
Untunglah masih ada angkot yang berjajar menunggu penumpang datang. Setelah lama
menunggu tiba-tiba apa yang Tina takutkan terjadi juga. Suara petir menyambar
ketelinga. Lalu hujan deras diikuti
dengan hempasan angin yang menembus kulit. Ketakutan Tina pun menjadi-jadi.
Tina takut untuk pulang sendirian. Tak lama kemudian penumpang sudah penuh dan
angkot pun menuju ke tempat tujuan.
Setelah
tiba di Desa P tepatnya dekat dengan mesjid. Lalu Tina pun turun dan
menunggu tukang ojeg. Tetapi cuaca di Desa Putat lebih buruk ketimbang tadi di pangkalan
angkot. Tina pun lantas berteduh sambil menunggu tukang ojeg lewat. Setelah
menunggu beberapa lama kemudian tukang ojeg lewat dan mau mengantarkan pulang. Tak
lama di perjalanan tiba-tiba tukang ojeg berhenti dan menurunkan Tina di pinggir sawah. Lantaran banjir setengah
lutut. Tina pun disuruh untuk pulang sendirian.
Tina
sangat merasa ketakutan dipinggir sawah sendirian. Tina sangat sedih karena
tidak ada seorang pun yang lewat mau mengajak Tina untuk menumpang kendaraannya.
Sehingga Tina meneteskan air matanya sendiri. Ia merasa tidak ada orang yang
baik di dunia ini.
Tiba-tiba ada seseorang yang muncul di
belakang Tina sambil mendorong motornya karena mogok. Ternyata itu adalah kakak
kelas Tina.Sambil melontarkan senyum yang manis ia mengajak Tina untuk pulang bersamanya.
“Mau
ikut tidak dari pada jalan kaki sendirian hujan lagi?”. Sambil mendorong motor.
“Boleh”.
Sambil menghapus air matanya.
“Tapi
sebentar dulu ya motornya mau dibenarkan”.
“Ya”.Menganggukkan
kepala.
Tak
apalah Tina menunggu motornya dibenarkan terlebih dahulu. Karena ia tak
mengerti mesin Ia pun menanyakan bagaimana membenarkan motor yang mogok. Sama
seperti ia Tina tidak mengerti tentang mesin. Sambil memandanginya Tina berpikir
bahwa masih ada orang yang masih peduli kepada orang lain meskipun ia sedang
kesusahan.
Tak
beberapa lama kemudian motor nyala kembali. Ia dan Tina melanjutkan perjalanan
mereka untuk pulang kerumahnya. Sungguh tak menduga ternyata di tempat lain
juga banjir. Lalu kita mendorong motor secara bersamaan. Tak terlalu parah dari
yang tadi jadi motornya tidak mogok. Lantas kita melanjutkan perjalanan dan
mengucapkan BASMALLAH secara serentak.
Setibanya
di rumah Tina terkejut karena rumah Ibunya kebanjiran juga. Karena terlalu fokus
melihat rumahnya, Tina tidak sadar bahwa Ia sudah ditolong oleh kakak kelasnya
dan tidak berterima kasih padanya.
Hari demi hari Tina selalu kepikiran karena belum berterima kasih kepada kakak kelasnya yang telah mengantarkannya. Hingga akhirnya Tina belum mengucapkan terima kasih nya itu sampai Dia LULUS dan Tina selalu mengingat momen yang indah serta lucu bersamanya.